IBD MAKALAH KOTA TUA JAKARTA
Nama : Ericha Candra Wahyuni
NPM : 12213922
KELAS : 1EA33
UNIVERSITAS GUNADARMA
ILMU
BUDAYA DASAR
KOTA
TUA JAKARTA
Nama
Anggota :
1.
Aulia
Latriarsi (1EA33
/ 11213501 )
2.
Dewi
Yunita (1EA33
/ 12213308 )
3.
Ericha
Camdra Wahyuni (1EA33 /
12213922 )
4.
Lailatul
Fitria (1EA33
/ 14213915 )
5.
Novi
Wulandari ( 1A213052
)
6.
Raga
Subekti (1EA33
/ 17213142 )
7.
Septiani
Dama Yanti (1EA33 / 18213390
)
8.
Sri
Windarti (1EA33
/ 18213628 )
KATA PENGANTAR
Puji dan
Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan
Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan
tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas mengenai budaya Indonesia.
Makalah ini dibuat dengan berbagai
observasi dan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan
tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu, kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak
kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu kami mengundang
pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik
konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah
selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi kita sekalian.
Penulis
i
DAFTAR
ISI
DAFTAR
ISI……………………………………………………………… ii
BAB
I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………... 2
A. SEJARAH……………………………………………………….. 2
C. METODOLOGI
PENELITIAN………………………………..... 7
D. RAGAM
BUDAYA DI KOTA TUA…………………………...... 10
BAB III KESIMPULAN............................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 20
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Ilmu budaya dasar adalah ilmu yang mempelajari seluk
beluk mengenai konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah manusia dan
kebudayaan. Ilmu budaya dasar dikembangkan di Indonesia sebagai pengganti basic
humanities yaitu nilai - nilai manusia sebagai homo humanus atau manusia
berbudaya.
Kebudayaan tidak hanya dari sebuah suku atau tradisi,
tetapi bisa juga kita dapatkan dari sebuah sejarah yang ada di Indonesia. Salah
satunya ikon sejarah Jakarta yaitu Kota Tua Jakarta.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Sejarah
Sejarah perkembangan kota tua dataran
rendah tempat bertumpunya kota Jakarta sekarang ini menurut taksiran telah
berusia 5000 tahun.
Taksiran itu berdasarkan hasil penelitian geomorfologis atau ilmu lapisan bumi.
Jayakarta 1618:
Peta ini merupakan rekonstruksi perkiraan keadaan pada tahun 1618 (Ijzerman, 1917). Di dalam garis-garis putus pada tepi kanan sungai (A) nantinya akan terletak bagian kota Batavia lama, sedangkan di tepi kiri (B) adalah letak loji Inggris.
Jayakarta 1619:
pada
masa ini benteng jacatra semakin meluas, sehingga luasnya tiga kali lipat luas
semula. Namanya pun menjadi kasteel batavia namun bentuk kasteel baru itu tidak
banyak berubah dengan benteng kuno yaitu persegi dengan bastion – bastion yang
menonjol, tembok diantara bastion itu courtine atau gordijn. Itulah
sebabnya kita mengenal Kota Batavia kuno sebagai ‘Kota Inten’.
Tembok di antara bastion itu disebut Courtine atau
Gordijn. Di tengah-tengah gordijn selatan dibuat pintu landpoort (pintu gerbang
darat) dan di sebelah utara dibuat waterpoort (pintu-gerbang laut). Di sebelah
Kasteel kemudian dibuat grachten atau parit-parit yang sesuai keadaan kota
Amsterdam.
Batavia 1622 :
Di tahun ini di sebelah selatan kastil sudah panel melintang. Selain tiga buah kanal tegak lurus di atas kali besar (ciliwung) di sepanjang sisi timur, parit (kanal) ini dihubungkan dengan parit singa betina oleh sebuah parit yaitu parit harimau. Di bagian selatan dekat belokan ciliwung terdapat plaisan huis dan ke timur terdapat pos penjagaan brasser.
Batavia 1627 :
Kota
dibangun sesuai dengan kebiasaan belanda, dengan jalan-jalan
dan
parit-parit. Parit harimau membujur panjang dari utara ke
selatan dan dipotong berturut-turut (arah
selatan) oleh parit – parit yang menghubungkan parit harimau (sekarang bernama Jalan Pos di Jakarta Kota) dengan
Kali Besar. Dalam gambar, terdapat proyeksi sebuah parit yang sebagian telah
digali. Parit tersebut dimaksudkan sebagai awal perluasan kota ke sebelah Barat
atau sebelah kiri Kali Besar.
Batavia 1632 :
Tembok Kota belum sepenuhnya selesai dan
dipisahkan oleh pagar bambu. Pembangunan kastil batavia yang kedua berada di
sebelah kiri galangan, di jalan Bank Sisi Timur yang langsung menuju kawasan
Kali Besar.
Batavia 1635 :
Dalam peta ini nampak Batavia lama
mulai melebar ke sebelah barat Ciliwung, di mana tadinya masih berupa
rawa-rawa.
Kali-kali besar yang ada di Batavia pada masa sebelumnya tidak lagi
berliku-liku tetapi lebih terlihat terurus dan lurus disempurnakan menjadi
parit yang menerobos kota. Pembangunan parit ini merupakan cita-cita
orang-orang Belanda untuk membangun Batavia persis seperti kota
Belanda.Kota-kota lama di sebelah timur makin melebar dan banyaknya
perkebunan-perkebunan.
Batavia 1650 :
Bagian timur kota telah selesai dengan pembangunannya. Bagian selatan Voorstad juga telah mulai dibangun. Kecuali dengan semakin bertambahnya bangunan tidak banyak perubahan yang terjadi pada wajah peta-peta dasar pada waktu itu. Di dalam sebuah peta dari tahun 1681 (Breuning, 1954: 34) terlihat bahwa di luar tanggul-tanggul kota dibuat kebun-kebun. Selain itu, pada peta ini juga nampak dengan jelas, bahwa garis pantai telah menjorok lebih ke utara lagi karena endapan lumpur dari Ciliwung.
Bagian timur kota telah selesai dengan pembangunannya. Bagian selatan Voorstad juga telah mulai dibangun. Kecuali dengan semakin bertambahnya bangunan tidak banyak perubahan yang terjadi pada wajah peta-peta dasar pada waktu itu. Di dalam sebuah peta dari tahun 1681 (Breuning, 1954: 34) terlihat bahwa di luar tanggul-tanggul kota dibuat kebun-kebun. Selain itu, pada peta ini juga nampak dengan jelas, bahwa garis pantai telah menjorok lebih ke utara lagi karena endapan lumpur dari Ciliwung.
Batavia 1672 :
Di sebelah selatan jalan dan Kanal Ancol, terdapat Kanal Sontar dan Jalan Gelederland yang tampaknya juga menghubungkan pusat kota dengan kawasan di luar kota bagian timur. Menurut laporan Valentijn dan Stavorinus, ada lima ruas jalan dari dan ke luar kota. Pertama, jalan yang ke timur menuju Ancol menyusuri Cilincing, Bekasi dan Tanjung Pura. Pada dua sisi jalan tersebut terdapat kabun-kebun dan di sekitarnya terdapat rumah penginapan dan rumah pertunjukkan.
Di sebelah selatan jalan dan Kanal Ancol, terdapat Kanal Sontar dan Jalan Gelederland yang tampaknya juga menghubungkan pusat kota dengan kawasan di luar kota bagian timur. Menurut laporan Valentijn dan Stavorinus, ada lima ruas jalan dari dan ke luar kota. Pertama, jalan yang ke timur menuju Ancol menyusuri Cilincing, Bekasi dan Tanjung Pura. Pada dua sisi jalan tersebut terdapat kabun-kebun dan di sekitarnya terdapat rumah penginapan dan rumah pertunjukkan.
Kedua, Jalan Jacarta (Jacatra Weg)
menghubungkan pusat kota dengan pos penjagaan Jakarta. Ketiga, jalan yang
menuju ke selatan melalui Molenvliet, atau Kanal Bingham menuju pos Rijwik,
Noordwijk, Meester Cornelis, Cililitan, Tanjung, Cimanggis, dan terus sampai ke
Bogor. Keempat, jalan yang ke arah barat. Simplicitas, Konjere (Cinere) menuju
ke Bogor. Kelima, jalan yang menuju ke barat melalui Moxervaart melewati pos
Vijfhoek, pos Anglke, terus ke Tangerang dan akhirnya sampai ke Banten.
Batavia 1770 :
Peta Van der Parra, dibuat atas perintah Gubernur Jendral Petrus Albertus Van der Parra dan dimuat dalam buku standar tentang kota lama Batavia dari Dr. F. De Haan. Selama pemerintahan Baron van Imhoff, saluran besar dari Buitenzorg (Bogor) disalurkan ke kota melalui Salemba dan akhirnya mengalir ke Kanal Sonter (kanal yang digali oleh Pieter Antonijsz Overwater), kemudian membelok ke timur sampai ke Kali Ancol, terus ke laut.
Perkembangan kota pada abad ke 18 :
Dalam sebuah buku yang terbit pada tahun
1799 di Amsterdam, terdapat pula peta situasi yang hampir sama. Tahun
penunjuknya ialah tahun 1760 dan keterangan peta ditulis dalam bahasa Prancis.
Peta itu lebih sempurna pembuatannya. Dalam peta tersebut benteng Jacatra lebih
dekat letaknya dengan Sungai Ciliwung.
Weltevreden 1780 : Semula wilayah ini
merupakan tanah milik Anthony Pavijoen. Pada tahun 1648 masih berupa daerah
hutan rawa dan padang rumput. Wilayah ini kemudian disewakan kepada orang Cina
untuk ditanami tebu dan kebun sayuran. Setelah itu baru dipakai sebagai persawahan.
Tahun 1697 didirikan sebuah rumah oleh pemilik baru, Cornelis Chastelein.
Selain rumah juga terdapat kincir penggilingan tebu. Diduga, nama “Weltevreden”
diberikan oleh Chastelein, yang kemudian memperluas tanah miliknya. Tahun 1733,
tanah ini dijual kepada Justinus Vinck dengan harga 39.000 ringgit. Tahun 1735,
keluar ijin untuk membangun pasar-pasar, satu pasar di Tanah Abang, satu lagi
di Weltevreden.
Sepeninggal J. Vinck, maka tanah itu
menjadi milik Gubernur Jendral Jacob Mossel yang membelinya dengan harga 28.000
ringgit. Pemilik baru ini menggali sebuah parit yang memanjang sejajar dengan
de Grote Zuiderweg, Kali Lio. Di sebelah selatan Kali Lio, terdapat gedung
besar yang dikenal sebagai het Landhuis Weltevreden. Jalan lurus menuju gedung
itu sekarang dikenal sebagai gang kenangan.
Rencana kota batavia 1858 : “Rancangan
Batavia dan Sekitarnya”. Terlihat bagian kota Batavia dan Weltevreden masih
dikelilingi rawa-rawa, sawah, dan hutan-hutan kecil.
Apa yang terpikirkan oleh kita warga Jakarta tentang
Kota Tua? Jauh, indah tapi tak terawat, atau sebatas kota kenangan? Jujur saja,
memang menyedihkan mengetahui denyut asli kota Jakarta itu kehilangan kilaunya.
Ia sedikit terlupakan dengan maraknya pusat perbelanjaan mewah dan majunya pembangunan
di bilangan Jakarta yang lain. Apa saja yang terjadi di daerah bersejarah itu
dan apa yang terlewatkan oleh kita para warganya selama ini?
Setiap negara memiliki satu area tertentu yang
dianggap sebagai daerah “tertua” dan punya karakteristik tertentu yang
membedakannya dengan area lain. Seperti layaknya Kota Tua di Jakarta. Tapi,
tahukah kamu apa yang membuat Kota Tua di Jakarta istimewa dibanding area old
town negara lain? Keistimewaan itu terletak pada fungsinya yang lengkap sebagai
pusat administratif karena masih berdiri dan berjalan fungsi badan-badan
pemerintahan di sana, fungsi perdagangan dengan adanya Mangga Dua dan pusat
perbelanjaan lainnya, serta daerah hunian dengan masih banyaknya warga Jakarta
yang tinggal di sana. Kelengkapan fungsi yang semestinya menjadi nilai daya
tarik sendiri, ternyata nggak membantu mendongkrak kelestarian Kota Tua sebagai
icon khusus ketika turis domestik atau mancanegara mengunjungi Jakarta. Budi
Lim, pakar arsitektur, yang sudah mulai aktif berpartisipasti dalam peremajaan
Kota Tua sejak masa pemerintahan Soerjadi Soedirdja, mantan Gubernur DKI
Jakarta 1992-1997, malah mengatakan bahwa jika proses peremajaan Kota Tua
berjalan sesuai rencana akan menjadi “Princess of The East”, ungkapan menyanjung
untuk pemandangan Kota Tua yang dihiasi oleh gedung-gedung berdesain klasik dan
art deco.
Permasalahan yang akan dihadapi pada kota tua adalah:
- Apa kontribusi Kota Tua untuk kebudayaan dan sejarah di
jakarta?
- Gimana prospek(kedepannya) kota tua sebagai tempat wisata?
- Apa tindakan pemerintah dan masyarakat
lakukan pada
kota tua supaya berguna?
Dengan mendapatkan jawaban diatas permasalahan
tersebut, dapat ditarik kesimpulan akan respon masyarakat dan pemerintah terhadap kota tua: apakah
melestarikan kebudayaan pada zaman dahulu dengan memanfaatkan keindahan
gedung-gedung yang bernilai klasik menjadi wisata ataukah dibiarkan begitu saja
dengan hanya lalu-lalang melewatinya.
Alasan orang malas ke Kota Tua, biasanya karena alasan
kebersihan. Tanpa harus menyalahkan Pemerintahan Daerah Jakarta yang kurang
proaktif bergerak, Winda Siregar, salah satu aktivis di organisasi nirlaba
khusus proyek revitalisasi Kota Tua, Jakarta Old Town Kotaku, mengaku bahwa
memang dibutuhkan inisiatif lalu bergerak mencari sponsor ketika ingin
melakukan sesuatu untuk Kota Tua, salah satu contohnya adalah saat akan
melakukan pembersihan Kali Besar. “Namun, bila menginginkan kali tersebut bisa
jernih layaknya kolam renang, tentu membutuhkan waktu dan proses pembersihan
harus dilakukan dari hulu hingga hilir”, katanya berdasarkan pengalamannya
turun langsung dalam program pembersihan kali. “Salah satu produsen alat
telekomunikasi dalam program CSR (Corporate Social Responsibility) juga ikut
berpartisipasi membersihkan Kota Tua yaitu dengan menyediakan tempat sampah di
titik-titik yang banyak dilewati orang, namun sayangnya tempat sampah itu malah
dicuri dan satu per satu menghilang,” ujarnya. Melihat dari kejadian sederhana
di atas itu saja, terlihat bahwa kesadaran masyarakat untuk menjaga Kota Tua
masih sangat minim. “Tak bisa hanya menunjuk Kota Tua itu tanggung jawab
pemerintah daerah, Non-Governmental Organization (NGO), atau stakeholder swasta
lainnya. Semua pihak yang ingin menikmati Kota Tua adalah pihak yang harus
turut aktif menjaga dan melestarikan Kota Tua” kata Winda.
Menuntut kepedulian untuk melestarikan sebuah daerah
sebesar dan sekrusial Kota Tua memang tak mudah. Namun, ada sebuah NGO yang
peduli akan kelestarian Kota Tua bertitel Jakarta Old Town Kotaku (JOK) yang
dinisiasi oleh tujuh orang yang pakar di bidangnya masing-masing, yaitu Budi
Lim pakar arsitektur, Pinky Pangestu urban planner, Ella Ubaidi pemerhati
komersil, Farid Harianto yang memegang segi perekonomian, Shanti Soedarpo yang
aktif di bidang penguasaan informasi teknologi komputer, Miranda Goeltom
sebagai penanggung jawab pengembangan kegiatan seni dan budaya, serta Gerrick
Wiryadinata sebagai perwakilan Tionghoa. Mereka berinisiatif bergerak dan
berbuat sesuatu untuk Kota Tua karena merasakan cantiknya Kota Tua sebelum
menjadi seperti sekarang dan memanfaatkan networking mereka untuk melestarikan
daerah yang dianggap sebagai “jantung” kota Jakarta tersebut. “Namun, koordinasi gerakan ini
tentu bukan sesuatu yang instan, sehingga yang akan merasakan hasil
perubahannya adalah anak cucu kita. Setiap langkah yang dibuat harus
dikoordinasikan oleh stakeholder yang memilki gedung di kawasan tersebut,
pemerintah daerah, dan masih banyak pihak lainnya. Yang pasti gerakan nirlaba
ini ingin mempercantik Kota Tua Jakarta, namun bukan dengan membangun mall atau
sekadar menjadikan Kota Tua seperti taman wisata, karena itu bukanlah rencana
jangka panjang untuk melestarikan suatu kota yang sarat budaya,” jelas Winda.
Di luar dari adanya pemerintah daerah atau NGO yang
peduli terhadap Kota Tua, semua orang, tanpa harus menjabat posisi, bisa
melakukan sesuatu untuk lebih mencintai lalu tergerak melestarikan Kota Tua.
Contoh termudahnya adalah dengan menjadikan area Kota bukan hanya sebagai area
melintas, tetapi sebagai tujuan. Lebih mengenal budaya Indonesia dengan
mengunjungi museum yang ada di sana, menambah pengalaman kuliner dari jajanan
yang ada, atau sekadar berhenti sebentar di Menara Syahbandar dan menyaksikan
sendiri bagaimana bisa ia condong miring layaknya Menara Pisa di Italia.
Sederet kegiatan yang dirancang untuk dilakukan di Kota Tua itu, dimaksudkan
agar Kota Tua menjadi destinasi menarik, bukan hanya area pemendek rute
perjalanan saat kita menuju area Jakarta Utara atau Barat. “Ini hanya sebagian
kecil dari apa yang bisa saya lakukan untuk Kota Tua. Bila Kota Tua dipercantik
dan tak dibiarkan ‘redup’, kita bisa melakukan apa saja di Kota Tua, mulai dari
pusat bisnis hingga tujuan hiburan,” ujar Winda optimis.
Tanggapan
Gubernur Jakarta
Gubernur DKI Jakarta ambisius ingin menjadikan Kota
Tua sebagai ikon dan imej Jakarta ke pasar pariwisata dunia. Maka itu sejak
membentuk konsorsium Kota Tua, pihaknya sudah mulai merevitalisasi 8 hektar
lahan Kota Tua. Seluruh wilayah yang akan diperbaiki sebanyak 280
hektar."Dalam enam bulan, 8 hektar yang ada di pusatnya dulu," kata
Jokowi di Stadion Veledrome, Rawamangun, Jakarta Timur, Kamis (24/10).Dia
menyebutkan revitalisasi ini termasuk perbaikan gedung tua dan perbaikan
infrastruktur jalan. Semisal memperindah trotoar, jalan, taman, penerangan
jalan, dan penataan pedagang kaki lima (PKL)."Setelah gedung-gedungnya
direkonstruksi, dicat, yang paling penting juga mengisinya dengan kegiatan,
baik seni budaya atau yang lain," jelas dia.
Dengan keadaan Kota Tua yang bagus, maka aktivitas
warga Jakarta akan terbiasa dengan wisata ruang terbuka. Sama seperti saat
Jokowi mengimbau warga Jakarta untuk mengisi kegiatan bermanfaat di
Taman."Yang paling penting mengisi aktivitas kegiatan yang di sana, baik di
museum, baik dengan seni budaya, baik dengan kegiatan-kegiatan yang lain.
Karena apa pun sebuah kota akan itu dilihat nantinya kalau punya kekuatan yang
unik. Itu yang akan menjadi sebuah brand yang unik akan menjadi sebuah brand
kota, itu akan menjadi kekuatan dan potensi yang unik. Jakarta adalah Kota
Tua," tutup Jokowi.
Untuk memenuhi tugas matakuliah ilmu budaya dasar,
kami berdiskusi manakah yang tepat untuk menjadikan objek penelitian kami
mengenai budaya. Pada awalnya salah satu dari kami berpendapat berkunjung ke
bandung untuk meneliti tentang budaya suling, akan tetapi ada yang kurang
setuju karena lokasinya sangat jauh. Dan akhirnya salah satu dari kami
berpendapat yang terdekat dan sesuai budaya jakarta yaitu kota tua. Sepanjang
diperjalanan kami berdiskusi kembali, apa yang harus kami meneliti yang ada di
kota tua yang berhubungan budaya,awalnya kami berinisiatif ketempat klenteng
yang dekat dengan gedung-gedung kota tua tetapi setelah kami sampai ke kota
tua, kami berubah haluan ke sekeliling halaman gedung-gedung kota tua ramai
dengan macam pedagang kaki lima (PKL), makanan khas jakarta, serta hiburan
lainnya seperti boneka ondel-ondel dan objek manusia yang berpakai tokoh
perjuangan kemerdekaan dan ke tempat museum seni rupa dan keramik.
D.
RAGAM
BUDAYA DI KOTA TUA
Gambar : Pedagang makanan tradisional jakarta
Gambar : Museum Fatahilah
I.
Museum
Fatahilah
Museum
Fatahillah yang juga dikenal
sebagai Museum Sejarah Jakarta atau Museum Batavia adalah sebuah museum yang terletak di Jalan Taman Fatahillah No. 2, Jakarta Barat dengan luas lebih dari 1.300
meter persegi.
Gedung ini
dulu adalah sebuah Balai Kota (bahasa Belanda: Stadhuis) yang dibangun
pada tahun 1707-1710 atas perintah Gubernur
Jendral Johan van Hoorn.
Bangunan itu menyerupai Istana
Dam di Amsterdam, terdiri atas
bangunan utama dengan dua sayap di bagian timur dan barat serta bangunan
sanding yang digunakan sebagai kantor, ruang pengadilan, dan ruang-ruang bawah
tanah yang dipakai sebagai penjara.. Pada tanggal 30 Maret 1974,
gedung ini kemudian diresmikan sebagai Museum Fatahillah.
Koleksi
di dalam Museum Fatahilah
Objek-objek
yang dapat ditemui di museum ini antara lain perjalanan sejarah Jakarta, replika peninggalan masa Tarumanegara dan Pajajaran, hasil penggalian arkeologi di Jakarta, mebel
antik mulai dari abad ke-17 sampai 19, yang merupakan perpaduan dari gaya
Eropa, Republik Rakyat Cina,
dan Indonesia. Juga ada keramik, gerabah, dan batu prasasti. Koleksi-koleksi ini terdapat di
berbagai ruang, seperti Ruang Prasejarah Jakarta, Ruang Tarumanegara, Ruang
Jayakarta, Ruang Fatahillah, Ruang Sultan Agung, dan Ruang MH Thamrin.
Terdapat
juga berbagai koleksi tentang kebudayaan Betawi, numismatik, dan becak.
Bahkan kini juga diletakkan patung Dewa Hermes (menurut mitologi Yunani, merupakan dewa keberuntungan dan perlindungan bagi
kaum pedagang) yang tadinya terletak di perempatan Harmoni
dan meriam
Si Jagur yang dianggap mempunyai kekuatan magis. Selain itu, di
Museum Fatahillah juga terdapat bekas penjara bawah tanah yang dulu sempat digunakan
pada zaman penjajahan Belanda.
Gambar : Penyewaan sepeda ontel
Salah satu cara menikmati wisata di Kota
Tua salah satunya bisa dengan menyewa sepeda ontel. Harga penyewaannya pun
tergolong murah, seharga Rp. 20.000,- per jam. Jadi, para wisatawan dapat
menikmati keindahan Kota Tua dengan berkeliling santai menggunakan sepeda
klasik ini.
Gambar : Jasa seni pembuatan tato
temporary
- Museum Seni Rupa dan Keramik
Museum Seni Rupa dan Keramik merupakan
salah satu museum yang menempati bangunan bersejarah di kawasan kota tua
jakarta. Museum yang di resmikan pada tahun 1870 ini awalnya dipergunakan
sebagai lembaga peradilan tinggi belanda. Kemudian pada masa kedudukan jepang
dan perjuangan kemerdekaan indonesia dijadikan sebagai asrama militer.
Pada taun 1968 s/d 1975 bagunan ini di
gunakan sebagai kantor dinas museum dan sejarah DKI Jakarta, kemudian pada
tanggal 20 agustus 1976 diresmikan sebagai balai seni rupa oleh presiden
suharto. Pada sayap kiri kanan bagian depan bagunan digunakan sebagai museum
keramik yang diresmikan oleh gubernur ali sadikin pada tanggal 07 juni 1977
kemudian pada awal tahun 1990 balai seni rupa dan museum keramik di gabung
menjadi museum seni rupa dan keramik.
Wawancara bersama Narasumber
Gambar
: Salah satu koleksi lukisan di Museum Seni Rupa
Gambar
: Sisa –sisa keramik dari kapal yang tenggelam
Gambar : Foto bersama Ikon Jakarta
Ondel-ondel adalah bentuk pertunjukan rakyat Betawi yang sering ditampilkan dalam pesta-pesta rakyat.
Nampaknya ondel-ondel memerankan leluhur atau nenek moyang yang senantiasa
menjaga anak cucunya atau penduduk suatu desa.
Ondel-ondel
yang berupa boneka besar itu tingginya sekitar 2,5 meter
dengan garis tengah ± 80 cm, dibuat dari anyaman bambu
yang disiapkan begitu rupa sehingga mudah dipikul dari dalamnya. Bagian wajah
berupa topeng atau kedok, dengan rambut kepala dibuat
dari ijuk.
Wajah ondel-ondel laki-laki biasanya dicat
dengan warna merah, sedangkan yang perempuan warna putih.
Bentuk pertunjukan ini banyak persamaannya dengan yang ada di beberapa daerah
lain.
Di Pasundan dikenal dengan sebutan Badawang, di Jawa Tengah disebut Barongan
Buncis, sedangkan di Bali lebih dikenal dengan
nama Barong
Landung. Menurut perkiraan jenis pertunjukan itu sudah ada sejak
sebelum tersebarnya agama Islam di Pulau Jawa.
Semula
ondel-ondel berfungsi sebagai penolak bala atau gangguan roh halus yang
gentayangan. Dewasa ini ondel-ondel biasanya digunakan untuk menambah semarak
pesta- pesta rakyat atau untuk penyambutan tamu terhormat, misalnya pada
peresmian gedung yang baru selesai dibangun. Betapapun derasnya arus
modernisasi, ondel-ondel masih bertahan dan menjadi penghias wajah kota
metropolitan Jakarta.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Kota Tua adalah salah satu peninggalan sejarah Belanda
yang letaknya di Jakarta Pusat dan kini menjadi tempat wisata sejarah baik dari
segi bangunannya maupun kesenian dan kulinernya, sehingga Kota Tua menjadi
sarana untuk menarik minat wisatawan baik lokal maupun manca negara.
DAFTAR
PUSTAKA
Bapak Solihin Penjaga
Kracis
peliiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiit............
BalasHapus