Indonesia Surga Di Dalam Al-Qur'an
Sesungguhnya
orang-orang yang berbuat kebajikan minum dari gelas (berisi minuman) yang
campurannya adalah air kafur, (yaitu) mata air (dalam surga) yang daripadanya
hamba-hamba Allah minum, yang mereka dapat mengalirkannya dengan
sebaik-baiknya.
[1537] Kafur ialah nama suatu MATA AIR DI SURGA yang airnya putih dan baunya sedap serta enak sekali rasanya.Lalu dimanakah mata air di Surga yang mendapatkan campuran dgn air Kafur hadis dari Ibu Aisyah ra bahwa saat haji perpisahan, tahallul dan ihram, tubuh Nabi diolesi Dzarirah (bedak wangi dari Shind/Indies) Sebuah peta kuno yang dibuat oleh Claudius Ptolomeus, salah seorang Gubernur Kerajaan Yunani yang berpusat di Alexandria, Mesir, pada abad ke-2 Masehi, juga telah menyebutkan bahwa di pesisir barat Sumatera terdapat sebuah bandar niaga bernama Barousai (Barus) yang di kenal menghasilkan wewangian dari kapur barus. Bahkan, dikisahkan pula bahwa kapur barus yang diolah dari kayu kamfer dari kota itu telah dibawa ke Mesir untuk dipergunakan bagi pembalseman mayat pada zaman kekuasaan Fir’aun sejak Ramses II atau sekitar 5.000 tahun sebelum Masehi.
Kota
Barus yang misterius yang terletak di Sumatra Utara (Tapanuli) sudah menjadi
kota perdagangan yang terbesar di timur pada masa Dinasti ke-18 Mesir (pada
tahun 1.567 SM- 1.339 SM) ,diperkirakan Barus sudah ada sejak 3000 SM. Karena
terkenal dengan kapur barusnya, orang Mesir mengambil salah satu jenis kekayaan
alam ini untuk dijadikan pengawet mumi pada zaman mesir kuno, dan hanya kapur
barus lah pada zaman itu hanya bisa ditemukan di tempat itu.Dinyatakan oleh
Herodotus dalam bagian ''Catatan dan Hikayat Raja-Raja Mesir'' bahwa orang
Mesir pernah mencapai di suatu pulau melalui jalan menuju timur dan dilanjutkan
ke tenggara dimana tempatnya terdapat kapur barus dan emas yang melimpah.
Dipercaya bahwa di dekat pelabuhan Barus terdapat pelabuhan Singkil yang sering dikunjungi oleh orang Phoenicia dan orang-orang Yahudi.
Dipercaya bahwa di dekat pelabuhan Barus terdapat pelabuhan Singkil yang sering dikunjungi oleh orang Phoenicia dan orang-orang Yahudi.
Sebuah manuskrip yahudi kuno menceritakan bahwa tentara Solomon/Sulaiman menemukan kerajaan purba di kepulauan timur yang bernama Ophir yang diperkirakan terletak di Sumatera Barat, dan diceritakan bahwa di kerajaan ini mempunyai gunung dengan kekayaan alam emas yang melimpah sehingga mereka mengambilnya (jangan kaitkan ini dengan pembuatan Candi Borobudur oleh Nabi Sulaiman, sungguh SARA/menyinggung kaum agama Buddha dan yang ini saya tidak percaya).
Pedagang dari Dinasti Persia yang bernama Sassanid telah mengunjungi aceh sejak tahun 1 Masehi di Aceh bagian utara, diperkirakan pedagang yang melarikan diri dari tempat mereka yaitu Mesopotamia yang sempat diserang Romawi Timur,akhirnya direbut kembali oleh Persia.
Sehingga
bahwa orang Persia hanya sementara saja berdagang di Aceh. Dan yang mungkin
terjadi orang Persia ke Aceh Utara ada 3 kemungkinan. Diberitahu pedagang India
karena sangat erat perdagangan nya atau kebetulan menemukan tempatnya, dan juga
mungkin orang Sassanid menemukan dan menerjemahkan manuskrip Yahudi kuno yang
menceritakan kepulauan itu.
Orang Yahudi menyebut taman eden ada di sebelah tenggara Mesopotamia melalui lautan, kalau irak ditenggara-kan maka Indonesia pun jawaban nya, dan taman eden sendiri belum pernah ditinggali oleh mereka, meski mereka mengakui pernah mengunjunginya.Katakanlah, dimanakah letak syahadat terbesar itu ? (Q.S. 6 : 19)Negara dgn berpenduduk Mayoritas beragama Islam terbesar di Dunia adalah Indonesia maka disitulah yg sangat memungkinkan terdapat aplikasi Syahadat terbesar di Dunia.
Ada sebuah ayat dalam Al-Qur’an yang cukup menarik perhatian saya. Dalam surah al-A’raaf ayat 96 difirmankan, “Walau anna ahlal-quraa aamanuu wattaqau lafatahnaa `alaihim barakaatim minas-samaa’ i wal-ardhi” (jika para penduduk desa beriman dan bertakwa, niscaya Allah akan membukakan keberkahan dari langit dan bumi). Hemat saya, sepertinya ayat ini tidak ditujukan kepada orang-orang Arab waktu itu yang menjadi pendengar Nabi Saw. Benar, memang Al-Qur’an itu bagi seluruh umat manusia, tetapi ayat ini secara khusus sedang membicarakan suatu kaum tertentu. Suatu bangsa yang telah mengenal peradaban yang tinggi, yang telah berbudaya, yang mengenal suatu sistem pemerintahan yang telah tertata.
Yang mendapatkan penekanan di ayat tersebut —menurut K.H. Maemun Zubair, salah seorang sesepuh Nahdlatul Ulama— adalah ahlal-quraa, yang artinya para penduduk desa. Ini menarik sekali, menurut saya penduduk “desa” atau “nagari” ini banyak sekali di Indonesia. Saat ini desa di Indonesia saja sudah mencapai ribuan jumlahnya. Bagaimana dengan di Jazirah Arab saat itu? Menurut Kiai Sepuh itu dalam ceramahnya pada puncak Haul Pesantren Buntet Cirebon 11/03/2006, “Di Arab tidak ada desa. Adanya (waktu turun ayat itu) adalah suku Badui yang hidupnya (nomaden) seperti tawon, kalau kepala sukunya pindah mereka ikut pindah. Makanya, ayat ini untuk Indonesia”.
Nampak dalam ayat itu, Baginda Nabi memiliki visi yang jauh sekali. Seolah-olah Nabi ingin menyampaikan pesan kepada pengikutnya yang masih nomaden itu suatu ketika mereka mampu memiliki sistem pemerintahan yang tertata, yang beradab dan berbudaya.. yaitu masyarakat desa, masyarakat berbudaya yang beriman dan bertakwa, seperti disebut dalam ayat itu. Dan, kriteria desa seperti itu adanya di bumi Nusantara yang masuk peradaban besar Shind/Indies. Kenapa? Karena Nabi sendiri bersabda,”belajarlah sampai ke negeri Shind”.
Amat logis, Nabi akan menganjurkan orang belajar ke negeri-negeri yang maju, yang pantas dijadikan teladan. Mungkin dalam pandangan Nabi, negeri Shind adalah negeri yang mendapat berkah dari langit dan bumi, sehinga pantas dicontohi oleh para pengikutnya. Budaya bercocok tanam dalam Al QuranDan (ingatlah), ketika kamu berkata:”Hai Musa, kami tidak bisa sabar (tahan) dengan satu macam makanan saja. Sebab itu mohonkanlah untuk kami kepada Rabb-mu, agar Dia mengeluarkan bagi kami dari apa yang ditumbuhkan bumi, yaitu: sayur-mayurnya, ketimunnya, bawang putihnya, kacang adasnya, dan bawang merahnya”. Musa berkata:”Maukah kamu mengambil sesuatu yang rendah sebagai pengganti yang baik Pergilah kamu ke suatu kota, pastilah kamu memperoleh apa yang kamu minta”. Lalu ditimpakan kepada mereka nista dan kehinaan, serta mereka mendapat kemurkaan dari Allah. Hal itu (terjadi) karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa alasan yang benar. Demikian itu (terjadi) karena mereka selalu berbuat durhaka dan melampaui batas”Lalu dari mana budaya bercocok tanam mulai dikenal ke seluruh peradaban di belahan bumi ini, dari mana masyarakat di seluruh dunia terinspirasi untuk mendapatkan kehidupan yg subur dan makmur.
Indonesia mewariskan pertanian, dan peternakan untuk peradaban dunia.
Oppenheimer mengelaborasi pendapat sejumlah ilmuwan lain dihubungkan dengan temuan arkeologi berupa beras di dalam tembikar. Dia berpendapat masuk akal kalau masyarakat Asia Tenggara lebih mudah membudidayakan padi dari pada orang China, karena berada di iklim tropis.
Peneliti yang juga pakar genetika ini pun mencoba membuat simulasi tersebarnya budaya tanam padi. Situs tertua untuk bukti pertanian berumur 5.150 tahun di Gua Sireh, Serawak, Malaysia. Lalu bergeser ke Ulu Leang di Sulawesi Selatan 5.100 tahun lalu.
Dari sini budaya pertanian bergerak dua arah. Ada yang ke utara yaitu ke gua Rabel di Luzon, Filipina, 4.850 tahun lalu. Ada juga yang bergerak ke selatan, yaitu ke Uai Bobo di Timor Leste 4.100 tahun lalu.
Hal itu diungkapkan peneliti Universitas Oxford Inggris, Stephen Oppenheimer. Menurut penulis buku Eden in The East ini, masyarakat Sundaland / Indonesia atau negeri shind yg hidup sejak ribuan tahun yang lalu mengubah kehidupan berburu dan meramu, menjadi kehidupan agrikultur.
"Padi liar didomestikasi menjadi padi yang ditanam di sawah. Banteng liar dijinakkan jadi sapi ternak, Indonesia membawa teknologi pertanian itu ke tempat lain di dunia," tutupnya." Oppenheimer kepada detikcom di Hotel Salak Bogor, Rabu (27/10/2010).budaya bercocok tanam yang sudah teraplikasi di Negeri ini juga dikisahkan dalam sebuah cerita legenda kuno yang seakan akan menjadi sebuah dongeng namun sebenarnya terdapat sebuah pesan didalamnya Misalnya saja dongeng 'Bawang Merah Bawang Putih', yang ternyata membawa simbol kebudayaan di Indonesia sejak ribuan tahun silam
Dongeng dua saudara yang bersaing memiliki akar pada masyarakat neolitikum kuno di Asia Tenggara ribuan tahun silam. Persaingan dua saudara sebenarnya adalah simbol dari dinamika sebuah siklus kehidupan dan kesuburan bumi. Ada yang menang dan ada yang kalah, ada yang baik dan ada yang jahat.Semoga surga ini kembali menjadi sebuah Realita yg kita perjuangkan bersama, Maka bangkitlah dari kuburmu wahai Indonesia Surgaku, Bangkitlah Negeriku bahwa Masyarakat Indonesia ini akan Membangunkanmu kembali.
*.SEMOGA BERMANFAAT.*
Reff : http://www.eramuslim.com/berita/tahukah-anda/barus-dan-sejarah-peradaban-islam-yang-terlupakan.html Eden in the East: the drowned continent of Southeast Asia, Penulis Stephen Oppenheime
Komentar
Posting Komentar