NAFSU

Nafsu adalah sebuah keinginan yang membuat manusia sering merasa tidak puas dengan apa yang telah dicapainya . Nafsu terkait erat dengan ego manusia. Nafsu merupakan suatu pendorong yang dikaruniakan oleh Allah kepada makhluk-Nya untuk melakukan sesuatu.

Ketika mendengar istilah nafsu, pasti asumsi kita langsung negative . kita sering mengaitkan nafsu dengan hal – hal yang buruk. Padahal nafsu tidak selalu buruk. Kata “nafsu” berasal dari bahasa Arab , Nafs, bearti sesuatu yang berharga, sesuatu yang bernilai istimewa, sesuatu yang harus di jaga.

Inilah nafsu dasar manusia. Setiap bayi lahir ke muka bumi dalam keadaan suci. Tidak ada noda sedikit pun di dalam hatinya. Tidak ada dosa yang membebaninya. Allah mengaruniakan nafsu suci. Nafsu kamillah, nafsu yang belum tercampur keburukan. Inilah nafsu yang bernilai istimewa.

Sunatullah, perasaan lapar yang mendorong nafsu untuk meminum susu ibunya. Tidak ada kesalahan sedikit pun didalamnya karena hal itu benar-benar sebuah kebutuhan. Kebutuhan untuk kelangsungan hidup, bukan dalam rangka menzalimi sang ibu.

“Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberikan rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” ( Qs. Yusuf : 53 )

            Nafsu memiliki tingkatan – tingkatan tertentu, yang telah diterangkan di dalam Al-Qur’an. Nafsu – nafsu itu adalah sebagai berikut :

      1.     Nafsu Ammarah

Inilah nafsu yang definisinya telah terpatri di otak kita. Nafsu ammarah adalah nafsu yang mendorong kepada kejahatan. Nafsu yang selalu mengarah kepada perbuatan tercela. Jika manusia yeng memiliki nafsu ammarag akan selalu melakukan kejahatan dalam hidupnya. Selalu nekat. Tidak pernah mempertimbangkan dengan akal apakah itu benar atau salah, apakah itu baik atau bruk. Perbuatan – perbuatan buruk itupun menjadi akhlaknya.
Contoh : seorang remaja yang menganut pergaulan bebas. Dengan nafsunya dia menerjang semua yang di larang agama. Ia terus mengumbar keinginan tanpa kendali, dari menikmati narkoba, seks bebas, kehidupan hedonis, hingga memaksa orangtua untuk membelikan ini itu yang tidak pending .

      2.      Nafsu Lawwamah

     Seseorang yang memiliki nafsu ini akan merasa sangat menyesal setiap kali melakukan kejahatan, kesalahan, atau perbuatan buruk. Ia selalu berusaha menghindarkan diri dari perbuatan jahat walaupun imannya masih lemah dan belum bisa menguasai dirinya. Ketika berbuat baik pun dia merasa menyesal karena tidak berbuat baik lebih banyak.
      “ Dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali ( dirinya sendiri )” ( Qs. Al-Qiyamah : 2 ).
   
      3.      Nafsu Musawwilah

Inilah nafsu yang menipu. Kita sering memandang perbuatan jahat yang kita lakukan itu sebagai perbuatan baik. Inilah nafsu manusia yang mengajak kepada kemunafikkan. 
“ Ya’qub berkata, ‘Hanya dirimu sendirilah yang memandang baik perbuatan (yang buruk) itu. Maka kesabaran yang baik itulah (kesabaranku). Mudah – mudahan Allah mendatangkan mereka semuanya kepadaku. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana.’” ( Qs. Yusuf : 83 )

     4.      Nafsu Mutmainnah

Inilah nafsu yang telah didominasi oleh keimanan kepada Allah. Memiliki perasaan tentram, tenang, aman, dan damai dalam mengingat Allah dan menjalankan perintah-Nya. Orang yang berada di tingaktan nafsu mutmainnah sudah bisa membedakkan mana yang benar dan mana yang salah , mana yang baik dan mana yang buruk.
Meminjam ungkapan Bayu Hamka , “ Nafsu Mutmainnah mempunyai dua sisi sayap : sayap sadar ( di cuaca kelam dan kesulitan ) dan sayap syukur ( disaat jaya dan makmur)”.
 “ Hai jiwa yang tenang ( muthmainnah), kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridaiNya. Masuklah kedalam Jemaah hamba – hamba – Ku dan masuklah ke dalam surga-Ku.” ( QS. Al-Fajr : 27 – 30 )


Reff :
·         Buku “ Ketika kenyataan tidak sesuai dengan keinginan manage your heart!” Halaman 13 s.d 17. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

IBD MAKALAH KOTA TUA JAKARTA

ZIGAZ - Cinta Itu Indah

RAEF - HOME